Jumat, 01 Agustus 2014



Yang Lalu Biar Berlalu


Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan  yang belum terjadi. 

Bagi orang yang berpikir, berkas2 masa lalu akan dilipat dan tdk akan pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat2, lalu disimpan dalam `ruang` pengelupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam `penjara` pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tidak akan mampu mengembalikannya lagi,keresahan tidak akan sanggup memperbaikinya kembali,  kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena memang ia sudah tidak ada.

Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda  dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi dalam perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh panasnya api, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naïf, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.

Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia2kan waktu yang sangat berharga. Dalam Al-Qur`an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, “Itu adalah umat yang lalu”. Begitulah, setiap perkara habis maka selesai pula urusannya. Dan tidak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya dengan orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
Adalah bencana besar, manakala kita rela menghabiskan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa  lalu. Itu, sama halnya kita mengabaikan istana2 yang indah dengan sibuk meratapi puing2 yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.

Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap khafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunnah kehidupan !

(La Tahzan, Dr. `Aidh al-Qarni)